expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 29 Mei 2015

Isu-isu terkini dalam Asuhan Kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per 100 000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan Kebidanan, DepKes RI,  2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka kematian tersebut mengalami penurunan yang lambat menjadi sebanyak  307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak 35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).
Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi, dan preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 % akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut dapat dicegah melalui pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas.
Hamil adalah  harapan setiap perempuan dalam membangun rumah tangga, tetapi ada kalanya perempuan takut hamil dikarenakan phobia dengan peristiwa disekitarnya. Seorang bidan harus  mampu memberikan asuhan kehamilan yang membantu dan melindungi masa kehamilan hingga proses melahirkan secara sehat dan normal sesuai bagi sebagian besar prempuan. Bidan dalam memberikan asuhan kehamilan harus selalu didukung dengan argumentasi ilmiah, analisis, serta pertimbangan yang matang.Oleh karenanya segala akibat yang timbul dari tindakan asuhan kehamilan merupakan tanggung jawab bidan.Tindakan yang profesional dan berkualitas terfokus pada klien berdasar ilmu pengetahuan, merupakan tanggung jawab semua bidan.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa saja asuhan kehamilan yang diberikan kepada ibu hamil ?
b.      Apa saja isu – isu terkini dalam asuhan kehamilan ?

1.3  Manfaat
Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca, pengetahuan, pengalaman serta mampu menerapkan ilmu secara nyata asuhan kebidanan pada masa antenatal,bayi baru lahir.
1.4  Tujuan
Mahasiswi memahami asuhan kehamilan apa saja yang diberikan pada ibu hamil.
Mahasiswi memahami isu - isu terkini dalam asuhan kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 REFOCUSING ASUHAN KEHAMILAN
Refocusing Asuhan Kehamilan adalah suatu asuhan kehamilan yang diberikan pada ibu hamil dengan hal-hal yang terfokus pada kebutuhan ibu.Pada hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,  maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut  tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

Fokus lama ANC :
1.      Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.      Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.      Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan  untuk mencegah resiko/komplikasi

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan bahwa :
1.      Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2.      Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3.      Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko : adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap bumil  harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif  dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

Isi Refocusing ANC:
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.      Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2.      Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi  (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3.      Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb).
Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4.       Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.       Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.       Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.       Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

Untuk populasi tertentu:
1.      Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,
2.       Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk  menurunkan resiko terkena malaria di daerah Endemic
3.      Suplementasi yodium
4.       vitamin A

1.      Deteksi anemia dalam kehamilan dengan pemeriksaan Hb pada waktu yang tepat
Baik di negara maju atau di negara berkembang, seseorang di sebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat dan bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.
Penyebab anemia umumnya adalah karena kurang gizi, kurang zat besi dalam diet, malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll) dan penyakit-penyakit kronik (tbc, paru, cacing usus, malaria, dll).
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas adalah keguguran, partus prematurus, inertia uteri dan partus lama, ibu lelah, atonia uteri dan menyebabkan pendarahan, syok, infeksi intrapartum dan dalam nifas, bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung.

2.      Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dalam kunjungan antenatal
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dalam kehamilan penting untuk mengetahui kenaikan berat badan selama kehamilan yang dapat dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMB atau berat badan untuk tinggi badan) wanita sebelum hamil karena peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil kurus atau gemuk sebelum hamil akan menimbulkan resiko pada janin terutama apabila peningkatan atau penurunan sangat menonjol. Bila sangat kurus maka akan melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), namun berat badan bayi dari ibu hamil dengan berat badan normal atau kurus, lebih dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan berat badan selama hamil.
Cara untuk menghitung BMI yaitu dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan. BMI dikategorikan menjadi 4 karakteristik yang akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini :
Rekomendasi Rentang Pertambahan Berat Badan Total pada Wanita Hamil, dilihat dari BMI Prakehamilan :
Karekteristik
BMI
Kenaikan BB
Underweight
<18,5
13 – 20 kg
Normal
18,5 – 24,9
11 – 13 kg
Overweight
25 – 29,9
7 – 11 kg
Obesitas
>30
< 7 kg

3.      Pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur memberikan manfaat jika pengukuran dilakukan dengan cara yang benar yaitu dengan mengukur jarak antara fundus dan simfisis pubis.
Fungsi pengukuran tinggi fundus uteri yaitu untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan karena tinggi fundus memberikan informasi mengenai pertumbuhan progresif janin dan merupakan cara penapisan mendasar untuk mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu besar dan terlalu kecil untuk perkiraan usia kehamilan menurut tanggal, meskipun secara klinis dengan mengkaji ukuran uterus dan membandingkannya dengan gestasi tidak selalu diperoleh hasil yang akurat karena ukuran dan jumlah janin serta jumlah cairan amnion yang bervariasi, variasi ukuran ibu dan paritas juga mempengaruhi perkiraan.
Menurut Spiegelberg dalam Mochtar (1998) dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka diperoleh tabel :
Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri
22-28 mgg
24-25 cm di atas simfisis
28 mgg
26,7 cm di atas simfisis
30 mgg
29,5-30 cm di atas simfisis
32 mgg
29,5-30 cm di atas simfisis
34 mgg
31 cm di atas simfisis
36 mgg
32 cm di atas simfisis
38 mgg
33 cm di atas simfisis
40 mgg
37,7 cm di atas simfisis
Tabel Pemantauan Tumbuh Kembang Janin
Usia  kehamilan
Tinggi fundus
Dalam cm
Menggunakan penunjuk-penunjuk badan
12 mgg
-
Hanya teraba diatas simphisis


 pubis
16 mgg
-
Di tengah antara simpisis pubis dan umbilikus
20 mgg
20 cm (± 2 cm)
Pada umbilikus
22-27 mgg
Usia kehamilan dalam mgg = cm (± 2 cm)
-
28 mgg
28 cm ( + 2 cm )
-
29-35 mgg
Usia kehamilan dalam mgg = cm (± 2 cm)
-
36 mgg
36 cm (± 2 cm)
Pada procesus xipoideus

Menentukan perkiraan berat badan janin (TBBA).
Rumus Johnson – Tausak : BB = (mD – 11/12/13) x 155
Keterangan :
BB  : Berat badan
mD : Jarak simfisis – fundus uteri
13  :  Bila kepala belum melewati Pintu Atas Panggu (PAP)
12  :  Bila kepala masih di atas spina iskiadika
11  :  Bila kepala berada di bawah spina iskiadika



4.      Posisi yang aman dalam kehamilan
Ibu hamil sebaiknya tidak perlu khawatir bayi dalam kandungannya merasa tidak nyaman atau berbahaya, karena tubuh ibu di ciptakan begitu unik sehingga dapat memberikan perlindungan, juga janin dalam kandungan ibu tidak pernah merasa tidak nyaman karena janin dalam kandungan mengapung dalam cairan ketuban dan mempunyai ruang sendiri untuk bebas. Pada kehamilan trimester awal ibu hamil dapat tidur dan beristirahat dengan berbagai bergerak posisi apapun yang penting dapat memberikan rasa nyaman untuk ibu.
Posisi – posisi tidur pada ibu hamil :
1.      Tidur dengan posisi tengkurap
Tidur dengan posisi tengkurap aman untuk ibu hamil tapi biasanya pada kehamilan trimester pertama, adanya pembesaran payudara dan juga payudara lebih sensitif akan menimbulkan ketidaknyamanan untuk tidur tengkurap, dan pada saat dimana perut ibu sudah mulai membesar (awal 14 minggu) tidur dengan posisi tengkurap menjadi sangat tidak nyaman karena ibu harus menyokong paha dengan bantal untuk dapat tidur tengkurap karena perut yang mulai membesar. Dari suatu survey ibu hamil yang tidur dengan posisi tengkurap sebelum 16 minggu 1% tapi setelah lebih 16 minggu menjadi 0 %.
2.      Tidur dengan posisi terlentang
Tidur dengan posisi telentang dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu ibu hamil untuk tidak tidur telentang, karena dengan tidur posisi telentang anda meletakan seluruh berat rahim ke bagian belakang, usus, dan vena cava inferior. Tidur posisi telentang juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, dan gangguan pencernaan, dan menganggu pernafasan dan sirkulasi. Posisi tidur telentang pada trimester ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Untuk beberapa wanita, menyebabkan penurunan tekanan darah yang membuat mereka merasa pusing, untuk yang lain, malah meningkatkan tekanan darah. Pada kasus kehamilan dengan tekanan darah tinggi tidur dengan posisi telentang sangat TIDAK dianjurkan.
3.      Tidur dengan posisi miring ke kiri
Belum ada penelitian lebih lanjut tentang posisi tidur yang aman untuk wanita hamil, tapi sangat dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu, sebaiknya ibu hamil tidur dengan posisi miring ke sisi kiri, karena posisi ini memberi keuntungan untuk bayi anda untuk mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena besar (vena cava inferior) di bagian belakang sebelah kanan spina yang mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Juga dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan dari tubuh ibu sehingga mengurangi pembengkakan pada kaki, pegelangan kaki dan tangan.
4.      Tidur dengan posisi miring ke kanan
Tidur dengan posisi miring ke kanan juga baik, ibu hamil dapat menganti posisi miring ke kanan-kiri untuk membuat tidur lebih nyaman. Jika ibu hamil terbangun malam dan menemukan dirinya tidur telentang, jangan kuatir karena tidak akan mencelakai bayi anda. Kembalikan saja ke posisi miring. Lagipula pada kehamilan lanjut, dimana perut sudah membesar, disertai kondisi lain seperti kram, sering kencing, kontraksi palsu, bayi anda yang menendang perut, rasa asam lambung yang meningkat yang akan menyebabkan ibu akan terbangun beberapa kali di malam hari sehingga ibu sudah pasti akan berubah posisi tidur beberapa kali karenanya dan otomatis tidak seterusnya tidur dengan posisi terlentang. Untuk tidur dengan posisi miring yang lebih nyaman adalah dengan meletakkan bantal diantara dengkul anda dan satu dipunggung ibu atau menggunakan bantal khusus ibu hamil.

5.      Kunjungan antenatal dan tujuannya pada tiap trimester
Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.
Pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan, mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk :
a.       Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas.
b.      Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan nifas.
c.       Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
d.      Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1.      Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2.      Pemeriksaan ulang
a.       Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan
b.      Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan
c.       Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan
3.      Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
Pemeriksaan pada setiap wanita hamil juga bisa dilakukan paling sedikit selama 4 kali selama kehamilan, yaitu :
1.      Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2.      Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3.       kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke-36)
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang sangat penting, seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:
Kunjungan
Waktu
Informasi Penting
Trimester pertama
Sebelum minggu ke-14
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, praktek tradisional yang merugikan, memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi, mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya)
Trimester kedua
Sebelum minggu ke-28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
Trimester ketiga
Antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
Trimester ketiga
Setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi bila terdapat masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir.
Konsep pengawasan antenatal meliputi :
a.       Anamnesa (data biologis, keluhan hamil, fisiologis dan patologis)
b.      Pemeriksaan fisik (pemeriksaan fisik umum dan khusus)
c.       Pemeriksaan psikologis (kejiwaan dalam menghadapi kehamilan)
d.      Pemeriksaan laboratorium (laboratorium rutin dan khusus)
e.       Diagnosis kehamilan (kehamilan normal, kehamilan dengan resiko, kehamilan disertai komplikasi, kehamilan dengan nilai nutrisi kurang, diagnosis diferensial seperti amenorea sekunder, pseodocyesis, dan tumor ginekologis)
f.       Penatalaksanaan lebih lanjut (pengobatan penyakit yang menyertai hamil, pengobatan penyulit kehamilan, menjadwalkan pemberian vaksinasi, memberikan preparaat penunjang kesehatan, menjadwalkan pemeriksaan ulang)
g.       Pemeriksaan hamil

2.2  Issue Terkini Dalam Asuhan Kehamilan

Selain hasil penelitian, bidan juga harus mengikuti berbagai issu terkini yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita. Beberapa issu yang berhubungan dengan kehamilan adalah sebagai berikut :

1.    Woman Center Care ( WCC )

Woman Center Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita. Dalam pelaksanaan asuhan ini wanita dipandang sebagai manusia secara utuh ( holistik) yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan repsoduksinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita di indonesia antara lain sebagai berikut :
1.      Status wanita dalam masyarakat masih rendah
2.      Kesehatan reproduksi, dimana sseorang wanita mengalami hamil, melahirkan serta ifas yang beresiko menyebabkan kematian.
3.      Ketidak mampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat pendidikan yang rendah.
4.      modal ( ekonomi ) dalam upaya pemeliharaan kesehatan.
5.      Sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan tidak terjangkau, pengetahuan yang rendah.
Upaya yang dilaukan woman center care adalah adanya kontinuitas ( kesinambungan ) dalam pemberian asuhan yang meliputi asuhan yang berkelanjutan  ( berfokus pada ibu ) dan pemberian asuhan yang berkelanjutan( konsep pelayanan kebidana yang terorganisasi ).

2.    Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri ( self care )

Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil meningkat, klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi  anjuran petugas kesehatan  secara pasif.
Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang baik.
Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klini antenatal care memberikan kursus atau kelas pra-persalinan bagi calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien ataupun sistem p[elayanan kesehatan karena potensinya dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas dan dapat dipercaya sesuai dengn tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.

3.    Pre-eklampsi dengan edema

Pre-eklampsi dalam kehamilan dijumpai apabila tekanan darah ibu hamil 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu atau bisa lebih awal terjadi.Sedangkan eklampsi adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita pre-eklampsi, yang juga disertai koma.
Isu mengenai pre-eklampsi dan edema pada ibu hamil sudah cukup luas berkembang sehingga bidan harus senantiasa meningkatkan keilmuannya agar dapat memberikan informasi yang tepat ketika memberikan asuhan  pada ibu hamil.
Dengan variasi tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka akan bervariasi pula tanggapan yang akan diberikan dengan adanya isu-isu yang berbeda. Bidan sebagai seorang yang terdekat dengan masyarakat dan dipandang berkompeten dalam hal ini harus dapat menyikapi dengan bijaksana setiap reaksi yang muncul dari masyarakat.
Jika menemukan hal yang negatif maka secepatnya melakukan suatu tindakan, seperti melakukan penyuluhan mengenai pre-eklampsi dan edema selama kehamilan.

4.    ANC pada kehamilan lebih dini

Data statistik pada kunjungan antenatalcare trimester  I menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dii dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan.Kesempatan untuk memberika pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih lanjut.

5.    Ultrasonografi dalam Kehamilan
Ultrasonografi adalah salah satu metode yang paling berharga untuk mengevaluasi kehamilan.Walaupun dokter, rumah sakit dan perusahaan asuransi ada yang tidak sependapat mengenai kapan ultrasonografi harus dilakukan atau apakah setiap wanita hamil harus mendapatkan pemeriksaan ultrasonografi dalam kehamilan, pemeriksaan ini tetapmasih merupakan alat yang berharga.Ultrasonografi terbukti bermanfaat dalam memperbaiki hasil kehamilan.Pemeriksaan tersebut terbukti non-invasif dan aman.tidak ada risiko yang diketahui.

Manfaat USG kaitannya dengan kehamilan diantaranya:
a.       Membantu mengidentifikasi awal dari kehamilan
b.      Ukuran dan kecepatan pertumbuhan embrio atau janin.
c.       Mengenali adanya dua janin atau lebih.
d.      Mengukur kepala, perut, atau femur janin untuk menentukan usia kehamilan.
e.       Mengenali janin dengan sindrom down.
f.       Mengenali kelainan janin, seperti hidrosefalus dan mikrosefali, dan kelainan organ internal, seperti ginjal atau kandung kemih.
g.      Mengukur jumlah cairan ketuban, yang merupakan tanda dari kesejahteraan janin.
h.      Mengidentifikasi lokasi, ukuran dan kematangan plasenta.
i.        Mengidentifikasi abnormalitas plasenta, seperti kehamilan anggur,dll.
j.        Mengidentifikasi abnormalitas rahim seperti tumor.
k.      Mendeteksi IUD atau plasenta yang tertinggal didalam rahim setelah persalinan.
l.        Antara keguguran, kehamilan ektopik, dan kehamilan normal.

m.    Dalam hubungan dengan amniosintesis, untuk memilih tempat yang tepat guna untuk menempatkan jarum untuk mengangkat cairan ketuban dari sekitar bayi.
n.      Mendeteksi gerakan janin.

6.     Berendam

Ada beberapa wanita yang beranggapan bahwa wanita hamil hanya boleh mandi dibawah air pancuran. Tidak ada alasan medis untuk memilih satu dari yang lain sewaktu hamil. Pada trimester III wanita hamil mungkin perlu lebih berhati-hati bila mandi berendam dari biasanya.Karena keseimbangan sewaktu hamil berubah.Ibu hamil bisa saja terjatuh dan terluka sewaktu masuk atau keluar dari bak mandi.Jika kseimbangan mennjadi masalah maka sebaiknya mandi dibawah air pancuran.










BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang bidan kita harus memberikan arahan yang signifikan kepada pasien kita mengenai tanda-tanda kehamilan dini atau kehamilan awal. Dan sebagai seorang ibu atau calon ibu juga harus paham mengenai tanda-tanda kehamilan. Serta harus memahami isu – isu terkini dalam asuhan kehamilan dan memahami apa saja yang asuhan kehamilan yang diberikan kepada ibu hamil.

3.2  Saran
Tak ada gading yang tak retak, itulah ungkapan kerendahan hati penulis bahwa  makalah  ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi teknis penulisan maupun substansinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.










DAFTAR PUSTAKA
http://putryayyu.blogspot.com/2013/09/asuhan-kebidanan-kehamilan-tanda-dan.html
http://abang-sahar.blogspot.com/2012/09/makalah-anc.html
http://sintaliferia.blogspot.com/2013/04/issue-terkini-dan-evidence-based.html
https://moudyamo.wordpress.com/2013/06/01/isu-terkini-dan-evidence-based-dalam-praktik-kebidanan/
http://womenstoryone.blogspot.com/2013/02/refocusing-asuhan-kehamilan.html
https://www.scribd.com/doc/183483995/makalah-Refocusing-docx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar