TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL
KEBIDANAN
Sejarah kebidanan berjalan
panjang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat.
Model dalam kebidanan mengadopsi dari beberapa model lainnya dan berdasarkan
teori yang sudah ada yaitu diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta
sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi
bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai focus pelayanan asuhan
kebidanan.
Model
kebidanan ini sebagai tolok ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan
kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan
sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif.
1. Teori
Reva Rubin Mengenai Pencapaian Peran Ibu (attainment
of maternal role)
Rubin adalah seorang nurse-midwife
dari Amerika yang penelitiannya memberi pengaruh besar dalam asuhan kehamilan
dan post partum. Rubin menjelaskan teorinya mengenai peran dan penampilan
peran. Rubin menjelaskan teorinya mengenai peran dan penampilan peran. Dia
membedakan antara konsep dari posisi yaitu suatu status sosial yang diberikan
kepada seseorang (missal guru/ibu) dan konsep dari peran yang dilukiskan
sebagai aktifitas dan tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut yang
menentukan bahwa dia mempunyai posisi tertentu. Seseorang mempunyai posisi
berbeda dalam tahapan hidupnya yang berbeda dan juga dapat mempunyai posisi
ganda pada waktu yang bersamaan sebagai seorang anak perempuan, istri dan ibu
juga sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan. “tindakan-tindakan yang
diatur sekitar posisi. Terdiri dari peran” (Rubin, 1967)
Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana wanita
tersebut mampu mengambil peran sebagai seorang ibu dan hal apa saja yang dapat
membantu dan menghambat/memberi efek negative terhadap proses pencapaian peran
tersebut. Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita
membutuhkan proses belajar berupa latihan-latihan. Dalam proses ini wanita
diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu mengambil
peran seorang ibu. Teori ini sangat berarti pula bagi calon ibu untuk
mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi
dengan perubahan dalam kehamilan dan setelah melahirkan.
Peran diperoleh melalui proses belajar yang dicapai melalui
suatu rangkaian aktivitas.
Perubahan yang umunya terjadi pada wanita pada waktu hami
adalah :
a.
Ibu
cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat
berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan janinnya.
b.
Ibu
memerlukan sosialisasi
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu
dalam mencapi perannya :
a.
Anticipatory
stage
Seorang ibu mulai melakukan
latihan peran dan memerlukan interaksi dangan anak yang lain.
b.
Honeymoon
stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya
peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari
anggota keluarga yang lain.
c.
Plateu
stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu
berperan sebagai seorang ibu. Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai
ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d.
Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian yang
mana latihan peran sudah berakhir.
Arti
dan efek kehamilan pada pasangan :
a.
Pasangan
merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan
estela melairhan
b.
Pria
juga bisa mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya hamil
c.
Anak
yang akan dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada, yaitu :
·
Hubungan
ibu dengan pasangan
·
Hubungan
ibu dengan janin yang berkembang
·
Hubungan
individu dengan individu yang unik dan anak
d.
Ibu
tidak pernah lagi menjadi sendiri
e.
Tugas
yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
·
Percata
bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
·
Persiapan
terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
·
Penyelesaian
dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk mempersiapkan
fungsi keluarga
f.
Reaksi
yang umum pada kehamilan :
·
Trimester
I : ambivalen, takut, fantasi, khawatir
·
Trimester
II : pasangan lebih enak, menigkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang
perkembangan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang kelihatan
egosentrik dan self contered.
·
Trimester
III : berperasaan aneh, sembrono, menjadi lebih introvert, merefleksikan
terhadap pengalaman masa kecil, terlihat jelek.
Dalam penelitiannya dan
observasinya lebih dari 20 tahun Rubin menyimpulkan bahwa tujuan dari usaha bu
selama kehamilan adalah :
a.
Menyakinkan
adanya keamanan bagi diri dan bayinya selama kehamilan dan persalinan.
b.
Menyakinkan
adanya penerimaan sosial bagi diri dan bayinya
c.
Meningkatkan
ikatan tarik menarik dalam konstruksi dari image dan identitas dari saya dan
anda
d.
Mencari
kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi dan menerima.
Tugas atau tujuan dari aktifitas
selama hamil, bersalin dan puerpurium digambarkan lebih ringkas oleh Joesten
(1981) sebagai berikut :
a.
Memastikan
kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya
b.
Penerimaan
sosial untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berarti bagi mereka
c.
Keterikatan
kepada si bayi
d.
Pemahaman
dan kerumitan menjadi seorang ibu
Bila tugas tersebut tidak
dipenuhi maka dapat menjadi indicator bahwa si ibu tidak mengharapkan
(mengabaikan) bayinya. Bidan dapat mengembangkan pengkajiannya untuk
mengidentifikasi adanya masalah tersebut sehingga dapat membantu ibu hamil
dalam memenuhi tugas-tugas tersebut. Misalnya untuk tugas no 2 bidan akan
menanyakan kepada klien : bagaimana perasaan suami terhadap kehamilannya,
bagaimana perasaan kedua orang tuanya, apakah ibu dan suaminya sering
membicarakan tentang bayinya, dsb.
Dari data itu Rubin
mengidentifikasi 3 aspek dari identitas dari peran ibu yaitu image ideal, image
diri, dan body image.
a.
Image
ideal : terdiri dari semua ide yang dimilki wanita itu sendiri mengenai sikap
dan aktivitas para wanita sebagai seorang ibu.
b.
Image
diri : terdiri dari sikap wanita itu melihat dirinya, yang dimilki dari
pengalamannya. Image diri digunakan sebagai repreentasi dan konsistennya “saya
sendiri”
c.
Body
image : perubahan tubuh selama kehamilan dan perubahan nyata dari arti proses
kehamilan itu.
Identitas ibu dicapai dengan suatu proses dari aktivitas
Taking On, Taking In dan Letting Go.
a.
Aktivitas
Taking On : Mimicry/meniru dan bermain peran/role play
Mimicry adalah
meniru perbuatan/sikap orang lain yang menjadi role model baginya (missal
wanita lain yang sedang hamil) dan belajar dari berbagai sumber tentang hal-hal
yang akan dihadapinya nanti, (missal: apa yang akan terjadi dan bagaimana
rasanya melahirkan, apa yang dilakukan orang lain selama melahirkan, atau
bagaimana bayi itu pada masa-masa awal setelah lahir), yang disukai akan
diadopsi dan yang tidak disukai akan dihindari.
Dalam role play, si
calon ibu akan berbuat sesuatu yang nantinya akan diterapkannya untuk diri
sendiri. Misalnya mencoba menggendong bayi temannya, menyuapi, mengganti
popok/celana bayi. Dapat pula si wanita hanya membayangkannya saja tentang
bagaimana akan merawat bayinya nanti. Aktifitas taking-on ini membantu wanita
memahami bagaimana seorang yang hamil, atau ibu seorang bayi berprilaku.
b.
Aktifitas
Taking In : Fantasi dan Introyeksi-proyeksi-Rejeksi
Dalam fantasi,
seorang wanita membayangkan dirinya nanti. Misalnya : akan seperti apa nanti
saat melahirkan, baju apa yang akan dipakaikan ke bayinya, hubunganya dengan
suami dan angota keluarga lain setelah persalinan. Fantasi ini memungkinkan si
wanita mengembangkan pemahaman tentang bagaimana ia akan berperilaku.
Introjections,
projection, dan rejection merupakan proses aktif dimana wanita membandingkan
model yang ada dengan sudut pandangnya sendiri dan mengambil keputusan tentang
adopsi atau rejeksi suatu model. Contoh : belajar cara memandikan bayi teman
(meniru), namun saat mempunyai bayi sendiri ia akan mengembangkan sendiri cara
memandikan bayi berdasarkan yang dia pelajari dari RS atau buku/media lain.
c.
Aktivitas
Letting Go : Grief-work
Mereview, mengingat
kembali hal-hal yang berhubungan dengan peran diri sebelumnya dan melepaskan
peran yang tidak lagi sesuai atau tidak memungkinkan lagi dilakukan.
Pengalaman, hubungan interpersonal dan situasi yang berkaitan dengan diri yang
lalu dapat actual atau hanya harapan, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal
ini membantu melepaskan secara perlahan-lahan kelekatannya dengan “mantan”
dirinya.
Ketiga tahap ini terjadi pada saat adaptasi psikososial pada
masa post partum.
Adaptasi Psikososial Post Partum
Periode post partum menimbulkan
stress emosional terhadap ibi baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi
perubahan fisik yang hebat. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan masa transisi
menjadi orang tua adalah : 1) Respond an dukungan dari keluarga dan teman, 2)
Hubungan antara pengalaman melahirkan dengan harapan, 3) pengalaman melahirkan dan
membesarkan anak yang lalu, 4) pengaruh budaya
Adatasi psikososial post partum
oleh Rubin dibagi dalam 3 fase/periode:
a.
Periode
Taking In (1-2 hari setelah melahirkan)
·
Ibu
masih pasif dan tergantung pada orang lain
·
Perhatian
ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan bentuk tubuhnya
·
Ibu
mungkin akan menceritakan tentang pengalamannya bersalin berulang-ulang
·
Memerlukan
ketenangan dalam tidur untuk memulihkan keadaan tubuh pada kondisi awal /
semula
·
Nafsu
makan ibu bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu
makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
b.
Periode
Taking Hold (2-4 hari setelah melahirkan)
·
Ibu
menjadi khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan meningkatkan tanggung
jawabnya sebagai seorang ibu
·
Ibu
memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan
tubuh
·
Ibu
berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong,
menyusui, memandikan dan mengganti popok.
·
Ibu
cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan.
c.
Periode
Letting Go
·
Terjadi
setelah ibu pulang kerumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga
·
Ibu
sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan sudah memahami kebutuhan
bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial
Depresi Post Partum
Banyak ibu mengalami perasaan
“let down” setelah melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu
melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi secara efektif dalam membesarkan
anak.
Umunya depresi ini tingkat sedang
dan mudah mudah brubah, dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi
diantara 2-3 minggu kemudian. Agak jarang depresi sedang menjadi psikosis post
partum atau menjadi patologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar