FILOSOFI
KEBIDANAN
Definisi Filosofi
Filosofi
berasal dari bahasa Yunani : philosophy yang berarti menyukai kearifan “sesuatu
yang memberikan gambaran dan berperan sebagai tantangan untuk memahami dan
menggunakan filosofi sebagai dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan
praktek tradisional”.
Chinn
dan Krammer, 1991
“Suatu disiplin ilmu yang
memperhatikan dan menggali dalil-dalil yang ada untuk dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari”
Pearson
dan Vaugan, 1986
Garis besar filosofi adalah
pendekatan berpikir tentang kenyataan, termasuk tradisi agama,aliran yang
dianut oleh keberadaa dan fenomena.
Jadi
filosofi diartikan sebagai ilmu tentang sesuatu disekitar kita dan apa
penyebabnya.
IBI
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Anggapan tentang filosofi :
1. Menurut ACNM (
1996 ) :
Setiap individu mempunyai hak untuk meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk merasa aman, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan dengan memperhatikan martabatnya.
Setiap individu mempunyai hak untuk meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk merasa aman, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan dengan memperhatikan martabatnya.
2. Bidan
meyakini bahwa kehamilan, persalinan merupakan proses yang normal
3. Asuhan
kebidanan difokuskan kepada kebutuhan individu, keluarga untuk perawatan fisik,
emosi dan hubungan sosial.
4. Klien
ikut terlibat dalam menentukan pilihan.
5. Asuhan
kebidanan berkesinambungan mengutamakan keamanan, kemampuan klinis dan tanpa
intervensi pada proses yang normal.
6. Meningkatkan
pendidikan pada wanita sepanjang siklus kehidupan
Tinjauan Keilmuan
Setiap pengetahuan mempunyai tiga
komponen yang merupakan tiang penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun.
Komponen tersebut adalah ontologi, efistemologi dan aksiologi.
Ontologi merupakan azas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (objek ontologi
atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang hakekat realitas
(metafisika) dari objek ontologis atau objek formal tersebut.
Efistemologi merupakan azas mengenai
cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh
pengetahuan.
Aksiologi merupakan azas dalam
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan
tersebut
Secara ontologis ilmu membatasi
lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah dalam jangkauan
pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman(
penciptaan manuasia) dan pasca pengalaman (surga dan neraka) diserahkan ilmunya
kepengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian
banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-batas ontologis
tertentu yaitu penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara
ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan
ontologis adalah penafsiran hakekat realitas dari objek ontologis pengetahuan.
Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan pada karakteristik objek
ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi
secara fisik yaitu suatu pernyataan dapat dapat diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah setelah melalui pengkajian/penelitian berdasarkan
efistemologis keilmuan.
Pendekatan Efistemologis
Landasan
efistemologis ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan ;
a.
Kerangka pemikiran, yang bersifat logis dengan argumentasi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun
b.
Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut
c.
Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran
pernyataan secara faktual. Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai
logica- hypotetico- verifikatif atau deducto-hypotetico-verfikatif
Pendekatan Ontologis
Secara ontologis
ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah
dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas
pra pengalaman( penciptaan manuasia) dan pasca pengalaman (surga dan neraka)
diserahkan ilmunya kepengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu
pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan
dalam batas-batas ontologis tertentu yaitu penemuan dan penyusunan pernyataan
yang bersifat benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan
ontologis adalah penafsiran hakekat realitas dari objek ontologis pengetahuan.
Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan pada karakteristik objek
ontologis sebagaimana adanya dengan deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi
secara fisik yaitu suatu pernyataan dapat dapat diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah setelah melalui pengkajian/penelitian berdasarkan
efistemologis keilmuan.
Pendekatan Efistemologis
Landasan
efistemologis ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan ;
a.
Kerangka pemikiran, yang bersifat logis dengan argumentasi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun
b.
Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut
c.
Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran
pernyataan secara faktual. Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai
logica- hypotetico- verifikatif atau deducto-hypotetico-verfikatif
Pendekatan aksiologis
Aksiologis keilmuan
menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah baik secara
internal, eksternal maupun sosial.
Nilai internal berkaitan dengan
wujud dan kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuan tanpa mengesampingkan
fitrah manusia.
Nilai eksternal menyangkut
nilai-nilai yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah.
Nilai sosial menyangkut pandangan
masyarakat yang menilai keberadaan suatu pengetahuan dan profesi tertentu. Oleh
karena itu, kode etik profesi merupakan suatu persyaratan mutlak bagi
keberadaan suatu profesi.
Kode etik profesi ini pada
hakekatnya bersumber dari nilai internal dan eksternal dari suatu disiplin
keilmuan. Bangsa Indonesia berbahagia karena kebidanan sebagai suatu profesi
dibidang kesehatan telah memiliki kode etik yang mutlak diaplikasikan kedalam
praktek klinik kebidanan.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan
dan dimanfaatkan untuk keuntungan/berfaedah bagi manusia.
Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan
sebagai saran atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia dan kelestarian/keseimbangan
alam.
Untuk kepentiungan manusia tersebut
maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun merupakan milik bersama,
dimana setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya.
Universal berarti ilmu tidak
mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama
Tanggung jawab ilmuwan : Profesional
dan Moral
Pendekatan ontologis, aksiologis dan
efistemologis memberikan 18 azas moral yang terkait dengan kegiatan keilmuan.
Keseluruhan azas moral ini pada hakekatnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu
kelompk
asas moral yang membentu tanggung jawab profesional
kelompok
tanggung jawab sosial
Tanggung jawab profesional ditujukan
kepada masyarakat ilmuwan dalam mempertanggung jawabkan moral yang berkaitan
dengan landasan efistemologis.
Sedangkan tanggung jawab sosial
yakni pertanggung jawaban ilmuwan terhadap masyarakat yang menyangkut azas
moral mengenai pemilihan etis terhadap objek penelaahan keilmuwan dan
penggunaan pengetahuan ilmiah.
Dimensi Kefilsafatan Ilmu Kebidanan
Keberadaan disiplin
keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainnya ditopang oleh berbagai
disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga dalam perjalanan mulai
dipertanyakan identitas dirinya sebagai satu disiplin keilmuan yang mandiri.
Yang sering dipertanyakan pada
pengetahuan kebidanan (Midwifery Knowledge) terutama berfokus kepada tubuh
pengetahuan kebidanan untuk bereksistensi sebagai satu disiplin keilmuan yang
mandiri.
Lebih lanjut sering dipertanyakan
adalah ciri-ciri atau karakteristik yang membedakan pengetahuan kebidanan
dengan ilmu yang lain.
Berdasarkan komponen hakekat ilmu,
maka setiap cabang pengetahuan dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya
berdasarkan apa yang diketahui(ontologi),bagaimana pengetahuan tersebut
diperoleh (efistemologi) serta nilai mana yang terkait dengan pengetahuan
tersebut(aksiologi).
Oleh karena serta itu pengetahuan
ilmiah mempunyai landasan ontologi, efistemologi dan aksiologi yang spesifik
bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan secara umum dikelompokkan sebagai
pengetahuan ilmiah apabila dapat memenuhi persyaratan ontologi, efistemologi
dan aksiologi keilmuan.
Dimensi kefilsafatan keilmuan secara
lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga tingkatan karakteristik, yaitu :
1.
Bersifat universal artinya berlaku untu seluruh disiplin yang
bersifat keilmuan.
2.
Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu
dari pengetahuan ilmiah
Bersifat
spesifik artinya memiliki ciri-ciri yang khas
dari sebuah disiplin ilmu yang membedakannya
dengan ilmu disiplin yang lain.
Tubuh Pengetahuan Kebidanan
Disiplin keilmuan kebidanan
mempunyai karakteristik dan spesifikasi baik objek forma maupun objek materia.
Objek forma disiplin keilmuwan
kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada ojek penelaahan dalam batas
ruang lingkup tertentu.
Objek forma dari disiplin keilmuawan
kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk
kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya(late menopause) termasuk
berbagai implikasi dalam siklus kehidupannya.
Objek materi disiplin keilmuwan
kebidanan adalah substansi dari objek penelaahan dalam lingkup tertentu.
Objek materia dalam disiplin
keilmuwan adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak bawah lima tahun
(balita) dan wanita secara utuh/holistik dalam siklus kehidupannya
(kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa, lansia dini dan lansia
lanjut) yang berfokus kepada kesehatan reproduksi
TUJUAN FILOSOFI KEBIDANAN
Memberikan persepsi
tentang hal-hal yang penting dan berharga dalam memfasilitasi proses
penanggulangan teori dan praktek “
FILOSOFI KEBIDANAN
Dalam
kehamilan terdapat konsep psikologis dan
perubahan sosial untuk persiapan menjadi
orang tua, terutama wanita, asuhan antenatal,
memberikan dukungan dan petunjuk serta membantu mereka dalam persiapan menjadi orang tua.
1.
Menurut ACNM ( 1996 ) :
Setiap individu mempunyai hak untuk meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk merasa aman, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan dengan memperhatikan martabatnya.
Setiap individu mempunyai hak untuk meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk merasa aman, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan dengan memperhatikan martabatnya.
2.
Bidan meyakini bahwa kehamilan, persalinan merupakan proses yang normal
3.
Asuhan kebidanan difokuskan kepada kebutuhan individu, keluarga untuk perawatan
fisik, emosi dan hubungan sosial.
4.
Klien ikut terlibat dalam menentukan pilihan.
5.
Asuhan kebidanan berkesinambungan mengutamakan keamanan, kemampuan klinis dan tanpa intervensi pada
proses yang normal.
6.
Meningkatkan pendidikan pada wanita sepanjang siklus kehidupan
Menurut Maternity Services Advisory
Commite, 1995 :
1.
Dalam persalinan melibatkan partisipasi orang tua dan anggota keluarga dalam
menentukan asuhan.
2.
Pada masa postnatal setiap ibu harus diberi pedoman tentang perawatan bayi dan
tenaga penolong.
3.
Selama dirawat di RS, ayah dianjurkan utk terlibat dalam merawat bayinya.
8 prinsip dasar yang menggambarkan filosofi kebidanan :
1.
Hubungan antara ibu dan bidan dalam memberikn asuhan yang baik.
2. Ibu
fokus dalam pemberian asuhan.
3.
Memberikan pilihan kepada ibu untuk melahirkan.
4.
Menggunakan seluruh keterampilan bidan.
5.
Asuhan yang berkesinambungan untuk wanita bersalin.
6.
Asuhan dasar dalam berkomunikasi.
7.
Bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan.
8.
Memberikan asuhan yang ramah pada ibu dan bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar