expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 31 Mei 2015

Ceklis Pemeriksaan Panggul Luar normal wanita

PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR

NO
BUTIR YANG DINILAI
A. SIKAP
1
Menyambutdanmemperkenalkandirikepadakliendankeluargadengansopandanramah
2
Menjelaskanprosedurdantujuantindakan yang akandilakukan
3
Meresponterhadapreaksikliendengancepatdankontakmata
B. ISI
4
Menganjurkanklienuntukberkemihterlebihdahulu
5
Menyiapkanalatdanmenyusunsecaraergonomis, yang terdiridari :
  1. Jangkar/jangkapanggul
  2. Pita meter/metlin
  3. Status pasien/bukucatatan
  4. Alattulis (bolpoin)
6
Mencucitangan teknik 7 langkah
7
Memintadanmembantupasienmenurunkansedikitpakaianbagianbawah
8
Melakukanpengukurandistansiaspinarum (±23-26 cm)
Caranya : 
a.      Menentukan SIAS kanandan SIAS kiriklien
b.      Meletakkanjangkapanggulpada SIAS kanandan SIAS kiri
c.       Melihatskalapadajangkapanggultanpamerubahposisijangkapanggulpada SIAS
9
Melakukanpengukurandistansiakristarum (±28-30 cm)
Caranya : 
a.      Menentukanletakkristailiakaklien, dengancaramenyusuribagian yang keras di belakang SIAS (menggunakanjaripemeriksa)
b.      Meletakkanjangkapanggulpadakristailiakakanan-kiri yang simetris
c.       Melihatskalapadajangkapanggultanpamerubahposisijangkapanggulpadakristailiaka
d.      Menentukanukurandistansiakristarum, denganmencarijarakterjauhdarikristailiakakanan-kiri
10
Melakukanpengukurankonjugataeksterna/boudeloque (±18-20 cm)
Caranya : 
a.      Menentukanletaktepiatassimfisisdanprosessusspinosuslumbal 5
b.      Meletakkanjangkapanggulpadatepiatassimfisisdanprosessusspinosuslumbal 5
c.       Melihatskalapadajangkapanggultanpamerubahposisijangkapanggul
11
Melakukanpengukuranlingkarpanggul (±80-90 cm)
Caranya : 
a.      Menentukanletaktepiatassimfisis, prosessusspinosuslumbal 5, SIAS dantrochanter mayor
b.      Meletakkanmetlinpadatepiatassimfisis, lalukepertengahan SIAS kanandantrochanter mayor kanan, lalukeprosessusspinosuslumbal 5, kemudiankepertengahan SIAS kiridantrochanter  mayor kiri, danberakhir di tepiatassimfisis.
12
Merapikandanmengaturposisiklien agar nyaman
13
Menjelaskanhasilpemeriksaan
14
Merapikanperalatankembali
15
Mencucitangan
C. TEKNIK
16
Melaksanakanperasatdengansistematis
17
Menggunakanbahasa yang mudahdimengerti
18
Menjagaprivasiklien


Gangguan Psikologi pada Masa Kehamilan-Blog Kebidanan

GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN


A.  Gangguan psikologis pada pasangan infertile
Infertilitas merupakan suatu kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan atau menghasilkan keturunan. Beda halnya infertil yang berarti kekurangmampuan suatu pasangan untuk menghasilkan keturunan dan bukan ketidakmampuan mutlak.
1.    Penyebab infertilitas
a.    Usia kesuburan untuk pria didapat ketika berusia 24-25 tahun dan 21-24 tahun untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangkat menurun.
b.    Frekuensi hubungan seksual
c.    Lingkungan: baik fisik, kimia, maupun biologi ( radiasi, rokok, narkotik, alkohol, dan lain-lain).
d.   Gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu.
e.    Stress psikis mengganggu siklus haid libido, serta kesulitan spermatocista dan lain-lain.
f.     Kelainan anatomi dan fisiologi saluran reproduksi atau organ reproduksi wanita seperti vagina, uterus, serviks, tuba fallopi, dan ovarium.
g.    Faktor lain: prolactinoma( tumor pada hipofisis), hiper/hipotiroid (kelebihan / kekurangan hormon tiroid).
2.    Tanda gejala gangguan psikologis pada wanita infertilitas
Dalam buku psikologi wanita karangan kartini kartono (2006) disebutkan gambaran tentang gangguan psikologis pada wanita yang infertil yaitu sebagai berikut:
a.    Ada kebiasaan  dan religi dari banyak suku bangsa di dunia yang menegaskan bahwa wanita tiddak mampu melahirkan anak adalah wanita binferior. Hal inilah yang membuat wanita  yang tidak mampu memberikan keturunan menjadi rendah diri dan kehilangan percaya diri.
b.    Pada beberapa wanita yang lain, selalu berusaha mengingkari trauma sterilitasnya dengan justifikasi bahwa ia tidak menginginkan kehadiran anak dalam kehidupannya.
c.    Sebagai manifestasi dari sterilitassnya, banyak wanita infertil mengambil substitusi lain dengan cara mengembangkan hobi, meniti karier, mengadopsi anak, dan lainnya.
d.   Setiap kegagalan dan kekecewaan selalu diproyeksikan kepada orang lain.
e.    Adapula wanita steril yang memiliki sifat pseudo-keibuan, menghibur diri dengan memilih pekerjaan yang bersifat keibuan.
3.    Pengelolaan  gangguan psikologis pada infertilitas
Gangguan psikologis pada infeertilitas merupakan siklus yang tidak terputus. Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis yang menghambat proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari infertilitas ini juga mengakibatkan gangguan psikologis. Adapun penanganannya dapat dilakukan dengan konseling baik secara individu atau konseling pasangan, mengingat kondisi ini melibatkan kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.

B.  Gangguan Psikologis pada Kehamilan Palsu (Pseudocyesis)
Kehamilan palsu adalah suatu keadaan dimana seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapatakan menstuasi, adanya mual muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan, dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang kala hasil tes urine dapat menjadi positif palsu(false positive), tetapi sesungguhnya tidak benar-benar hamil (Suririnah, 2005). Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjadinya kehamilan palsu adalah faktor emosional/psikis yang menyebabkan kelenjar pituitari terpengaruh sehingga menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.
1.    Tanda gejala gangguan psikologis pada pseudocyesis
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini:
a.    Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin memiliki anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan mempunyai anak.
b.    Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam , sikap bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
c.    Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilustrasi belaka.
d.   Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari hal-hal yang tidak menyenagkan.
2.    Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk mengingkari atau menghindari realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien, pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia. Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor di belakang (sehingga tidak terlihat). Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional. (Lesmana, 2006).




C.  Gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
1.    Fenomena kehamilan di luar nikah
Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pranikah itu aman untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu risikonya adalah kehamilan di luar nikah. Sungguh merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggan orang tua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalis.
2.    Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Umumnya kehamilan di luar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan di luar nikah banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja natara lain adalah sebagai berikut:
a.    Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa, terutama pada wanita yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap respons orang tua, dan biasanya mereka menutupi kehamilannya hingga didapatkan tindakan lain.
b.    Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit itu.
c.    Cemas jika sampai teman-temannya mengetahui, apalagi pihak sekolah yang mungkin saja akan mengeluarkannya dari bangku sekolah.
d.   Rasa takut yang timbul karena ia sangat tidak siap menjadi seorang ibu.
e.    Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilannya dengan aborsi (Kartono, K., 2007).
3.    Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan di luar nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah dengan konseling humanistik, dimana manusia sebagai individu berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik (Rogers, 1971). Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu memiliki 3 karakter seperti berikut ini:
a.    Empati, adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien, usaha berpikir bersama tentang dan untuk mereka (klien).
b.    Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
c.    Congruence (genuineness), adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik.
Oleh karena itu, di dalam menghadapi permasalahan kehamilan di luar nikah bagi para remaja, maka bidan dapat mmemberikan konseling bersama yaitu konseling keluarga, antara remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat orang tua masih memiliki andil yang besar pada kehidupan anak remaja mereka (Lesmana, 2006).

D.  Gangguan psikologis  pada kehamilan yang tidak dikehendaki
1.    Permasalahan pada kehamilan yang tidak dikehendaki
Kehamilan yang tidak dikehendaki tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari kegagalan kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung.
2.    Tanda dan gejala gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yag tidak dikehendaki
a.    Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa bahwa janin yang dikandungnnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
b.    Beberapa wanita bersikap katif-agresif , mereka sangat marah dan dendam pada kekasih dan suaminya yang merasa sanggup menanggung konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
3.    Pengelolaan gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yang tidak dikehendaki
Penanganan dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan penanganan pada kehamilan di luar nikah. Perbedaannya hanya pada teknik konselingnaya-karena kehamilan ini terjadi pada wankta yang telah menikah- yaitu dengan konseling pasangan.

E.   Gangguan psikologis pada kehamilan dengan keguguran
1.    Konsep keguguran / abortus
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400-1.000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis (Rustam, M., 1998).
2.    Faktor penyebab abortus
a)    Kemiskinan atau ketidakmampuan ekonomi.
b)   Ketakutan terhadap orang tua.
c)    Moralitas sosial.
d)   Rasa malu dan aib.
e)    Hubungan cinta yang tidak harmonis.
f)    Pihak pria yang tidak bertanggung jawab.
g)   Kehamilan yang tidak diinginkan.

3.    Tanda dan gejala gangguan psikologis pada abortus
a)    Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri.
b)   Menimbulkan Sindrom Pasca-abortus yang meliputi menangis terus-menerus , depresi berkepanjangan, perasaan bersalah, ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah, kelumpuhan emosional, problem atau kelainan seksual, kekacauan pola makan, perasaan rendah diri, penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan terlarang, mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri, kesulitan dalam relasi serangan gelisah dan panik, serta selalu melakukan kilas balik.


4.    Pengelolaan Gangguan Psikologis Pada Wanita Pasca-abortus
Sindrom Pasca-abortus berada dalam kategori “kekacauan akibat stress pasca-trauma”. The American Psychiatric Assosiation (APA) menjelaskan bahwa kekacauan akibat stress paca-trauma terjadi apabila orang mengalami suatu peristiwa yang melampaui batas pengalaman manusia biasa, di mana pengalaman ini hampir dipastikan akan mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom pasca-abortus ditangani dengan konseling kejiwaan dan psikologis, namun demikian penyembuhan secara rohani juga diperlukan. Pada dasarnya, terapi konseling untuk wanita post-aborsi tidak jauh berbeda dengan konseling karena kehilangan, dimana dalam konseling ini harus memperhatikan setiap fase dalam penerapannya.

F.   Gangguan  Psikologi pada Kehamilan dengan Janin Mati
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin, dan akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati ( Saipuddin, A.B, 2007).
1.    Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Janin  Mati
Ibu dan bayi yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami kesedihan yang mendalam. Selama kehamilan mereka telah mulai mengenali dan merasa dekat dengan bayinya. Ibu yang mengalami proses kehilangan/kematian janin dalam kandungan akan merasakan kehilangan. Pada proses berduka ini, ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan merasakan reaksi emosional tertentu, yang dapat dikelompokkan dalam berbagai tahapan berikut.
a.    Menolak (denial). Ketika disampaikan janinnya mati,reaksi ibu pertama kali adalah syok dan menyangkal bahwa janinnya telah mati.
b.    Marah (anger). Beberapa ahli menyebutkan ini sebagai tahap pencarian. Orang tua/ibu marah, mengapa bayinya sampai bisa meninggal.
c.    Tawar-menawar ( bargaining). Dalam fase ini ortu/ibu akan mulai menawar, seandainya bayinya tidak meninggal ia akan melakukan hal tertentu asal bayinya tetap hidup.
d.    Depresi ( depression). Emosi predominan dalam fase ini adalah kesedihan berduka diiringi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik diri, orang tua mungkin akan mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari.
e.    Menerima (acceptance). Fase akhir dari berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali ke aktivitas normal sehari-hari. Hal yang sangat personal ini membutuhkan waktu berbulan-bulan.
2.    Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin mati
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dengan janin mati harus disesuaikan dengan fase dimana ia berada. Dengan memperhatikan hal itu diharapkan bantuan yang diberikan adalah bantuan yang tepat,bukan bantuan yang justru membuat keadaan semakin kacau.

G.  Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
Kehamilan dengan ketergantungan obat didefinisikan sebagai kondisi suatu kehamilan, dimana terdapat pola penggunaan zat psikoaktif dan zt lain yang memiliki implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bbl (Varney,2007).
1.    Jenis-jenis obt yang menimbulkan ketergantungan
a.    Antikolinergik
Yaitu jenis obat yang memberikan efek menenangkan,membuat pemakai tidak atau kurang mampu merasakan sensasi. Banyak digunakan dalam tindakan medis seperti anestesi (pembiusan), meliputi Atropin, Beladona, dan Skopolamin.
b.    Kanabis/ganja
Yaitu jenis-jenis obat yang tergolong dalam kelas Canabis sativa atau tanaman rami. Tanaman semak/perdu yang tumbuh secara liar di hutan yang mana daun, bunga, dan biji kanabis berfungsi untuk relaksan dan mengatasi keracunan ringan (infoksikasi ringan). Jenisnya antara lain adalah Mariyuana, Tetra hidrocanabinol (THC), dan Ganja.        
c.    Sedative pada susunan system saraf pusat
Yaitu bebagai jenis obat-obatan yang mampu menenangkan atau menjadikan fase relaksasi pada system SSP, yaitu barbiturate, klordiazepoksid, diazepam, flurazepam, glutetimida, dan meprobamat.
d.   Stimulant pada SSP
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang mampu menstimulasi kerja SSP yang terdiri atas antiobesitas, amfetamin, kokain, metilfedinat, metaqualon, dan fenmetrazin.
e.    Halusinogen
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang memberikan efek rasa sejahtera dan euphoria ringan, serta  membuat pemakainya berhalusinasi, yaitu LSD, ketamin, meskalin, dimetiltriptamin, dan fensiklidin.
f.     Opiate/narkotik
Opiate  atau opium adalah bubuk yang dihasilkan langsung oleh tanaman yang bernama Poppy / Papaver Sonmiverum dimana didalam tanaman tersebut terkandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa saikit dan kodein yang berfungsi sebagai antitusif.jenisnya antara lain adalah kodein, heroin, hidromorfon, meperidin, morfin, opium, pentazosin, dan tripelenamin.

2.    Tanda dan gejala gangguan psikologis pada kehamilan dengan ketergantungan obat
a.    Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka depresi, kepanikan, dan   fobia yang lebih tinggi dari pria, sehingga jika ia dalam masa kehamilan akan memberikan dampak buruk bagi janinnya.
b.    Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak hamil, sehingga ia cenderung mengingkari kehamilannya.
c.    Wanita hamil dengan ketergantungan obat sangat beresiko terlambat dalam melakukan perawatan prenatal. Mereka enggan berinteraksi dengan system perawatan kesehatan, terutama jika mereka mereka menggunakan obat-obatan terlarang yang menyebabkan meraka ketakutan terhadap implikasi hukum.
d.    Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karena kehamilannya, sehingga takut bayi yang ia kandung juga akn mengalami hal seperti dirinya.
e.    Bagi wanita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke siklus pemulihan, setiap kekhawatiran pada bayinya mungkin dikesampingkan oleh kekhawatirannya mendapatkan obat.
f.     Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai siklus pemulihan pada wanita dengan ketergantungan obat.

3.    Penanganan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Ketergantungan Obat
a.    Ketergantungan obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena adanya pengaruh lingkungan dan factor kebiasaan
b.    Dalam penanganan permasalahan ini perlu dilakukan konseling dengan pendekatan behavioristik, dimana konselor membantu klien untuk belajar bertindak dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih dan maladatif
c.    Tujuan dari konseling yang diberikan adalah untuk mengubah tungkah laku yang maladatif dsn belajar tingkah laku yang lebih efektif. Memfokuskan pada faktor-faktor yang memepengaruhi tingkah laku dan menemukan cara untuk mengatasi tingkah laku yang bermasalah. Dalam hal ini bidan harus mampu untuk mengubah tingkah laku maladatifnya, yang tentunya melalui tahapan-tahapan dan proses yang kontinu.
d.   Riwayat  pasien yang lengkap dengan pertanyaan secara spesifik sangat penting diperoleh bertujuan mendeteksi penyalahgunaan zat, sehingga akan dapat diperoleh factor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan obat pada wanita tersebut. Bidan harus mengerti bahwa wanita sering kali menggunakan lebih dari 10 zat, contohnya, wanita yang menggunakan sedatif mungkin  juga menggunakan stimulasi
e.    Bidan harus mampu memberikan penguatan/reinforcement dan terus memberikan dukungan pada wanita dalam setiap tahap perubahan tingkah laku pemulihannya, dan juga menanamkan pengertian akan berharganya sang buah hati, yang dapat mendorong wanita untuk melakukan proses pemulihan. Bidan harus memberikan dukungan kontinu pada wanita saat melakukan pemulihan dan pola kekambuhan adiksi.
f.      Jadilah pendengar yang baik bagi wnaita dengan ketergantungan zat, karena sering kali penerimaan yang baik menimbulkan kepercayaan dan rasa tenang bagi wanita.
g.    Dengan perawatan yang terus-menerus,bidan dapat bekerja untuk meminimalkan komplikasi ibu dan janin, mendorong pengurangan zat dan mendukung siklus pemulihan.
h.    Bidan perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dalam proses pemulihan , yaitu dengan perawat, dokter, dan psikolog, serta melibatkan keluarga dalam proses pemulihan.
















DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta.


Jumat, 29 Mei 2015

Isu-isu terkini dalam Asuhan Kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per 100 000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan Kebidanan, DepKes RI,  2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka kematian tersebut mengalami penurunan yang lambat menjadi sebanyak  307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak 35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).
Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi, dan preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 % akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut dapat dicegah melalui pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas.
Hamil adalah  harapan setiap perempuan dalam membangun rumah tangga, tetapi ada kalanya perempuan takut hamil dikarenakan phobia dengan peristiwa disekitarnya. Seorang bidan harus  mampu memberikan asuhan kehamilan yang membantu dan melindungi masa kehamilan hingga proses melahirkan secara sehat dan normal sesuai bagi sebagian besar prempuan. Bidan dalam memberikan asuhan kehamilan harus selalu didukung dengan argumentasi ilmiah, analisis, serta pertimbangan yang matang.Oleh karenanya segala akibat yang timbul dari tindakan asuhan kehamilan merupakan tanggung jawab bidan.Tindakan yang profesional dan berkualitas terfokus pada klien berdasar ilmu pengetahuan, merupakan tanggung jawab semua bidan.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa saja asuhan kehamilan yang diberikan kepada ibu hamil ?
b.      Apa saja isu – isu terkini dalam asuhan kehamilan ?

1.3  Manfaat
Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca, pengetahuan, pengalaman serta mampu menerapkan ilmu secara nyata asuhan kebidanan pada masa antenatal,bayi baru lahir.
1.4  Tujuan
Mahasiswi memahami asuhan kehamilan apa saja yang diberikan pada ibu hamil.
Mahasiswi memahami isu - isu terkini dalam asuhan kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 REFOCUSING ASUHAN KEHAMILAN
Refocusing Asuhan Kehamilan adalah suatu asuhan kehamilan yang diberikan pada ibu hamil dengan hal-hal yang terfokus pada kebutuhan ibu.Pada hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,  maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut  tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

Fokus lama ANC :
1.      Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.      Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.      Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan  untuk mencegah resiko/komplikasi

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan bahwa :
1.      Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2.      Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3.      Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko : adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap bumil  harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif  dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

Isi Refocusing ANC:
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.      Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2.      Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi  (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3.      Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb).
Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4.       Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.       Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.       Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.       Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

Untuk populasi tertentu:
1.      Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,
2.       Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk  menurunkan resiko terkena malaria di daerah Endemic
3.      Suplementasi yodium
4.       vitamin A

1.      Deteksi anemia dalam kehamilan dengan pemeriksaan Hb pada waktu yang tepat
Baik di negara maju atau di negara berkembang, seseorang di sebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat dan bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.
Penyebab anemia umumnya adalah karena kurang gizi, kurang zat besi dalam diet, malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll) dan penyakit-penyakit kronik (tbc, paru, cacing usus, malaria, dll).
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas adalah keguguran, partus prematurus, inertia uteri dan partus lama, ibu lelah, atonia uteri dan menyebabkan pendarahan, syok, infeksi intrapartum dan dalam nifas, bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung.

2.      Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dalam kunjungan antenatal
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dalam kehamilan penting untuk mengetahui kenaikan berat badan selama kehamilan yang dapat dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMB atau berat badan untuk tinggi badan) wanita sebelum hamil karena peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil kurus atau gemuk sebelum hamil akan menimbulkan resiko pada janin terutama apabila peningkatan atau penurunan sangat menonjol. Bila sangat kurus maka akan melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), namun berat badan bayi dari ibu hamil dengan berat badan normal atau kurus, lebih dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan berat badan selama hamil.
Cara untuk menghitung BMI yaitu dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan. BMI dikategorikan menjadi 4 karakteristik yang akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini :
Rekomendasi Rentang Pertambahan Berat Badan Total pada Wanita Hamil, dilihat dari BMI Prakehamilan :
Karekteristik
BMI
Kenaikan BB
Underweight
<18,5
13 – 20 kg
Normal
18,5 – 24,9
11 – 13 kg
Overweight
25 – 29,9
7 – 11 kg
Obesitas
>30
< 7 kg

3.      Pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur memberikan manfaat jika pengukuran dilakukan dengan cara yang benar yaitu dengan mengukur jarak antara fundus dan simfisis pubis.
Fungsi pengukuran tinggi fundus uteri yaitu untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan karena tinggi fundus memberikan informasi mengenai pertumbuhan progresif janin dan merupakan cara penapisan mendasar untuk mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu besar dan terlalu kecil untuk perkiraan usia kehamilan menurut tanggal, meskipun secara klinis dengan mengkaji ukuran uterus dan membandingkannya dengan gestasi tidak selalu diperoleh hasil yang akurat karena ukuran dan jumlah janin serta jumlah cairan amnion yang bervariasi, variasi ukuran ibu dan paritas juga mempengaruhi perkiraan.
Menurut Spiegelberg dalam Mochtar (1998) dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka diperoleh tabel :
Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri
22-28 mgg
24-25 cm di atas simfisis
28 mgg
26,7 cm di atas simfisis
30 mgg
29,5-30 cm di atas simfisis
32 mgg
29,5-30 cm di atas simfisis
34 mgg
31 cm di atas simfisis
36 mgg
32 cm di atas simfisis
38 mgg
33 cm di atas simfisis
40 mgg
37,7 cm di atas simfisis
Tabel Pemantauan Tumbuh Kembang Janin
Usia  kehamilan
Tinggi fundus
Dalam cm
Menggunakan penunjuk-penunjuk badan
12 mgg
-
Hanya teraba diatas simphisis


 pubis
16 mgg
-
Di tengah antara simpisis pubis dan umbilikus
20 mgg
20 cm (± 2 cm)
Pada umbilikus
22-27 mgg
Usia kehamilan dalam mgg = cm (± 2 cm)
-
28 mgg
28 cm ( + 2 cm )
-
29-35 mgg
Usia kehamilan dalam mgg = cm (± 2 cm)
-
36 mgg
36 cm (± 2 cm)
Pada procesus xipoideus

Menentukan perkiraan berat badan janin (TBBA).
Rumus Johnson – Tausak : BB = (mD – 11/12/13) x 155
Keterangan :
BB  : Berat badan
mD : Jarak simfisis – fundus uteri
13  :  Bila kepala belum melewati Pintu Atas Panggu (PAP)
12  :  Bila kepala masih di atas spina iskiadika
11  :  Bila kepala berada di bawah spina iskiadika



4.      Posisi yang aman dalam kehamilan
Ibu hamil sebaiknya tidak perlu khawatir bayi dalam kandungannya merasa tidak nyaman atau berbahaya, karena tubuh ibu di ciptakan begitu unik sehingga dapat memberikan perlindungan, juga janin dalam kandungan ibu tidak pernah merasa tidak nyaman karena janin dalam kandungan mengapung dalam cairan ketuban dan mempunyai ruang sendiri untuk bebas. Pada kehamilan trimester awal ibu hamil dapat tidur dan beristirahat dengan berbagai bergerak posisi apapun yang penting dapat memberikan rasa nyaman untuk ibu.
Posisi – posisi tidur pada ibu hamil :
1.      Tidur dengan posisi tengkurap
Tidur dengan posisi tengkurap aman untuk ibu hamil tapi biasanya pada kehamilan trimester pertama, adanya pembesaran payudara dan juga payudara lebih sensitif akan menimbulkan ketidaknyamanan untuk tidur tengkurap, dan pada saat dimana perut ibu sudah mulai membesar (awal 14 minggu) tidur dengan posisi tengkurap menjadi sangat tidak nyaman karena ibu harus menyokong paha dengan bantal untuk dapat tidur tengkurap karena perut yang mulai membesar. Dari suatu survey ibu hamil yang tidur dengan posisi tengkurap sebelum 16 minggu 1% tapi setelah lebih 16 minggu menjadi 0 %.
2.      Tidur dengan posisi terlentang
Tidur dengan posisi telentang dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu ibu hamil untuk tidak tidur telentang, karena dengan tidur posisi telentang anda meletakan seluruh berat rahim ke bagian belakang, usus, dan vena cava inferior. Tidur posisi telentang juga dapat meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, dan gangguan pencernaan, dan menganggu pernafasan dan sirkulasi. Posisi tidur telentang pada trimester ke dua dan tiga juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Untuk beberapa wanita, menyebabkan penurunan tekanan darah yang membuat mereka merasa pusing, untuk yang lain, malah meningkatkan tekanan darah. Pada kasus kehamilan dengan tekanan darah tinggi tidur dengan posisi telentang sangat TIDAK dianjurkan.
3.      Tidur dengan posisi miring ke kiri
Belum ada penelitian lebih lanjut tentang posisi tidur yang aman untuk wanita hamil, tapi sangat dianjurkan setelah kehamilan 16 minggu, sebaiknya ibu hamil tidur dengan posisi miring ke sisi kiri, karena posisi ini memberi keuntungan untuk bayi anda untuk mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena besar (vena cava inferior) di bagian belakang sebelah kanan spina yang mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah ke jantung. Juga dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan dari tubuh ibu sehingga mengurangi pembengkakan pada kaki, pegelangan kaki dan tangan.
4.      Tidur dengan posisi miring ke kanan
Tidur dengan posisi miring ke kanan juga baik, ibu hamil dapat menganti posisi miring ke kanan-kiri untuk membuat tidur lebih nyaman. Jika ibu hamil terbangun malam dan menemukan dirinya tidur telentang, jangan kuatir karena tidak akan mencelakai bayi anda. Kembalikan saja ke posisi miring. Lagipula pada kehamilan lanjut, dimana perut sudah membesar, disertai kondisi lain seperti kram, sering kencing, kontraksi palsu, bayi anda yang menendang perut, rasa asam lambung yang meningkat yang akan menyebabkan ibu akan terbangun beberapa kali di malam hari sehingga ibu sudah pasti akan berubah posisi tidur beberapa kali karenanya dan otomatis tidak seterusnya tidur dengan posisi terlentang. Untuk tidur dengan posisi miring yang lebih nyaman adalah dengan meletakkan bantal diantara dengkul anda dan satu dipunggung ibu atau menggunakan bantal khusus ibu hamil.

5.      Kunjungan antenatal dan tujuannya pada tiap trimester
Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.
Pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan, mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk :
a.       Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas.
b.      Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan nifas.
c.       Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
d.      Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1.      Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2.      Pemeriksaan ulang
a.       Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan
b.      Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan
c.       Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan
3.      Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
Pemeriksaan pada setiap wanita hamil juga bisa dilakukan paling sedikit selama 4 kali selama kehamilan, yaitu :
1.      Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2.      Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3.       kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke-36)
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang sangat penting, seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:
Kunjungan
Waktu
Informasi Penting
Trimester pertama
Sebelum minggu ke-14
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, praktek tradisional yang merugikan, memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi, mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya)
Trimester kedua
Sebelum minggu ke-28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
Trimester ketiga
Antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
Trimester ketiga
Setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi bila terdapat masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir.
Konsep pengawasan antenatal meliputi :
a.       Anamnesa (data biologis, keluhan hamil, fisiologis dan patologis)
b.      Pemeriksaan fisik (pemeriksaan fisik umum dan khusus)
c.       Pemeriksaan psikologis (kejiwaan dalam menghadapi kehamilan)
d.      Pemeriksaan laboratorium (laboratorium rutin dan khusus)
e.       Diagnosis kehamilan (kehamilan normal, kehamilan dengan resiko, kehamilan disertai komplikasi, kehamilan dengan nilai nutrisi kurang, diagnosis diferensial seperti amenorea sekunder, pseodocyesis, dan tumor ginekologis)
f.       Penatalaksanaan lebih lanjut (pengobatan penyakit yang menyertai hamil, pengobatan penyulit kehamilan, menjadwalkan pemberian vaksinasi, memberikan preparaat penunjang kesehatan, menjadwalkan pemeriksaan ulang)
g.       Pemeriksaan hamil

2.2  Issue Terkini Dalam Asuhan Kehamilan

Selain hasil penelitian, bidan juga harus mengikuti berbagai issu terkini yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita. Beberapa issu yang berhubungan dengan kehamilan adalah sebagai berikut :

1.    Woman Center Care ( WCC )

Woman Center Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita. Dalam pelaksanaan asuhan ini wanita dipandang sebagai manusia secara utuh ( holistik) yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan repsoduksinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita di indonesia antara lain sebagai berikut :
1.      Status wanita dalam masyarakat masih rendah
2.      Kesehatan reproduksi, dimana sseorang wanita mengalami hamil, melahirkan serta ifas yang beresiko menyebabkan kematian.
3.      Ketidak mampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat pendidikan yang rendah.
4.      modal ( ekonomi ) dalam upaya pemeliharaan kesehatan.
5.      Sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan tidak terjangkau, pengetahuan yang rendah.
Upaya yang dilaukan woman center care adalah adanya kontinuitas ( kesinambungan ) dalam pemberian asuhan yang meliputi asuhan yang berkelanjutan  ( berfokus pada ibu ) dan pemberian asuhan yang berkelanjutan( konsep pelayanan kebidana yang terorganisasi ).

2.    Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri ( self care )

Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil meningkat, klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi  anjuran petugas kesehatan  secara pasif.
Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang baik.
Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klini antenatal care memberikan kursus atau kelas pra-persalinan bagi calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien ataupun sistem p[elayanan kesehatan karena potensinya dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas dan dapat dipercaya sesuai dengn tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.

3.    Pre-eklampsi dengan edema

Pre-eklampsi dalam kehamilan dijumpai apabila tekanan darah ibu hamil 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu atau bisa lebih awal terjadi.Sedangkan eklampsi adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita pre-eklampsi, yang juga disertai koma.
Isu mengenai pre-eklampsi dan edema pada ibu hamil sudah cukup luas berkembang sehingga bidan harus senantiasa meningkatkan keilmuannya agar dapat memberikan informasi yang tepat ketika memberikan asuhan  pada ibu hamil.
Dengan variasi tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka akan bervariasi pula tanggapan yang akan diberikan dengan adanya isu-isu yang berbeda. Bidan sebagai seorang yang terdekat dengan masyarakat dan dipandang berkompeten dalam hal ini harus dapat menyikapi dengan bijaksana setiap reaksi yang muncul dari masyarakat.
Jika menemukan hal yang negatif maka secepatnya melakukan suatu tindakan, seperti melakukan penyuluhan mengenai pre-eklampsi dan edema selama kehamilan.

4.    ANC pada kehamilan lebih dini

Data statistik pada kunjungan antenatalcare trimester  I menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dii dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan.Kesempatan untuk memberika pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih lanjut.

5.    Ultrasonografi dalam Kehamilan
Ultrasonografi adalah salah satu metode yang paling berharga untuk mengevaluasi kehamilan.Walaupun dokter, rumah sakit dan perusahaan asuransi ada yang tidak sependapat mengenai kapan ultrasonografi harus dilakukan atau apakah setiap wanita hamil harus mendapatkan pemeriksaan ultrasonografi dalam kehamilan, pemeriksaan ini tetapmasih merupakan alat yang berharga.Ultrasonografi terbukti bermanfaat dalam memperbaiki hasil kehamilan.Pemeriksaan tersebut terbukti non-invasif dan aman.tidak ada risiko yang diketahui.

Manfaat USG kaitannya dengan kehamilan diantaranya:
a.       Membantu mengidentifikasi awal dari kehamilan
b.      Ukuran dan kecepatan pertumbuhan embrio atau janin.
c.       Mengenali adanya dua janin atau lebih.
d.      Mengukur kepala, perut, atau femur janin untuk menentukan usia kehamilan.
e.       Mengenali janin dengan sindrom down.
f.       Mengenali kelainan janin, seperti hidrosefalus dan mikrosefali, dan kelainan organ internal, seperti ginjal atau kandung kemih.
g.      Mengukur jumlah cairan ketuban, yang merupakan tanda dari kesejahteraan janin.
h.      Mengidentifikasi lokasi, ukuran dan kematangan plasenta.
i.        Mengidentifikasi abnormalitas plasenta, seperti kehamilan anggur,dll.
j.        Mengidentifikasi abnormalitas rahim seperti tumor.
k.      Mendeteksi IUD atau plasenta yang tertinggal didalam rahim setelah persalinan.
l.        Antara keguguran, kehamilan ektopik, dan kehamilan normal.

m.    Dalam hubungan dengan amniosintesis, untuk memilih tempat yang tepat guna untuk menempatkan jarum untuk mengangkat cairan ketuban dari sekitar bayi.
n.      Mendeteksi gerakan janin.

6.     Berendam

Ada beberapa wanita yang beranggapan bahwa wanita hamil hanya boleh mandi dibawah air pancuran. Tidak ada alasan medis untuk memilih satu dari yang lain sewaktu hamil. Pada trimester III wanita hamil mungkin perlu lebih berhati-hati bila mandi berendam dari biasanya.Karena keseimbangan sewaktu hamil berubah.Ibu hamil bisa saja terjatuh dan terluka sewaktu masuk atau keluar dari bak mandi.Jika kseimbangan mennjadi masalah maka sebaiknya mandi dibawah air pancuran.










BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang bidan kita harus memberikan arahan yang signifikan kepada pasien kita mengenai tanda-tanda kehamilan dini atau kehamilan awal. Dan sebagai seorang ibu atau calon ibu juga harus paham mengenai tanda-tanda kehamilan. Serta harus memahami isu – isu terkini dalam asuhan kehamilan dan memahami apa saja yang asuhan kehamilan yang diberikan kepada ibu hamil.

3.2  Saran
Tak ada gading yang tak retak, itulah ungkapan kerendahan hati penulis bahwa  makalah  ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi teknis penulisan maupun substansinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.










DAFTAR PUSTAKA
http://putryayyu.blogspot.com/2013/09/asuhan-kebidanan-kehamilan-tanda-dan.html
http://abang-sahar.blogspot.com/2012/09/makalah-anc.html
http://sintaliferia.blogspot.com/2013/04/issue-terkini-dan-evidence-based.html
https://moudyamo.wordpress.com/2013/06/01/isu-terkini-dan-evidence-based-dalam-praktik-kebidanan/
http://womenstoryone.blogspot.com/2013/02/refocusing-asuhan-kehamilan.html
https://www.scribd.com/doc/183483995/makalah-Refocusing-docx